Jumat, 13 Juni 2014

PENGGUNAAN METODE YANG KREATIF DAN KONTEKSTUAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. Ukrim YOGYAKARTA



PENGGUNAAN METODE YANG KREATIF DAN KONTEKSTUAL
DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

            Pendidikan agama dalam PB mengalami perubahan besar dengan munculnya pengajaran Kristus. Guru agama Yahudi yang bernama Nikodemus ketika datang kepada Yesus membuka pembicaraan dengan berkata ‘‘Kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah, sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya’’. Tuhan Yesus juga membenarkan panggilan oleh para murid-Nya bahwa diri-Nya Guru, ‘‘engkau menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang akulah Guru dan Tuhan.’’[1]
            Tuhan Yesus Kristus layak disebut Guru Agung karena pengajaran-Nya disertai dengan kuasa mukjizat. Pengajaran Yesus merupakan ajaran luar biasa dan tiada bandingnya, inti pengajaranNya berpusatkan diri-Nya sendiri. Tidak ada seorang guru pun yang berani mengajar seperti itu. Tuhan Yesus Kristus tidak hanya mengajar untuk hidup benar. Lebih dari itu, Yesus mengajar agar manusia dibenarkan dihadapan Allah.[2]

Keteladanan Yesus Sebagai Guru yang Agung
            PAK tidak dapat dilepaskan dari sang Guru Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus. Disamping jabatan-Nya sebagai penebus dan pembebas, Yesus adalah Guru Agung yang sangat diakui keahlian-Nya oleh orang-orang Yahudi, sehingga mereka menyebut-Nya sebagai Rabi. Ini adalah suatu gelar kehormatan yang menyatakan betapa Ia dikagumi oleh orang sezaman-Nya. [3]
            Tuhan Yesus mengajar dimana dan kapan saja, baik siang maupun malam. Yesus mengajar di atas bukit, di dalam perahu, di sisi orang sakit, di tepi sumur, di rumah sederhana, di rumah orang-orang kaya, kepada pembesar-pembesar kerajaan maupun pemerintah. Tuhan Yesus dalam mengajar tidak perlu memerlukan gedung atau sekolah, namun setiap kesempatan tidak pernah disia-siakan dalam menyampaikan kabar baik.
            Cara Yesus mengajar sangat menarik perhatian orang-orang pada zaman-Nya, sehingga mereka berbondong-bondong untuk mendengar pengajaran-Nya. Yesus mengajar bukan hanya teori-teori bagaimana orang mendapat keselamatan, tetapi Ia sendirilah sumber keselamatan itu. Yesus adalah guru yang tidak ada taranya, seluruh kehidupan Yesus adalah pengajaran yang mulia sampai pada akhir hayat-Nya untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. [4]
            Yesus adalah sosok Guru Agung bagi kita. Setiap pendidik yang ingin berhasil dalam mengajarkan kebenaran Firman Allah haruslah senantiasa belajar kepada Yesus. Yesus memiliki banyak keteladanan sebagai Guru Agung yang dapat kita teladani. Salah satu keteladanan Yesus sebagai Guru Agung yaitu dalam pengajaran-Nya Yesus menggunakan metode yang kreatif dan kontekstual.

Metode Pengajaran Yesus
Dalam menyampaikan pengajaran-Nya, Yesus tidak menyiapkan pidato-pidato secara formil. Ketika Yesus mengajar di rumah, ditempat sembahyang, di gunung, maupun di tepi laut, Ia mengajar secara tidak formil namun penuh dengan kuasa. Yesus mengajar lewat pengalaman hidup orang yang mendengarkan-Nya dan dengan keadaan orang yang ada dihadapan-Nya.
            Selama pelayanan-Nya di dunia ini, Tuhan Yesus memberi teladan dalam metode pengajaran-Nya untuk membangun kontak dengan para pendengar. Tuhan Yesus menggunakan metode yang berbeda dalam usaha menyampaikan berita dan pesan mengenai kasih Allah.[5] Metode-metode tersebut adalah :
            Pertama, memenangkan perhatian. Untuk memenangkan perhatian para pendengar-Nya, Yesus memberi teladan kepada para pengajar PAK masa kini seperti: menggunakan mata. ‘‘Dia melihat dua saudara, Simon dan Andreas’’. Mengundang pembicaraan. Di pinggir sebuah sumur di Samaria Tuhan Yesus berkata: ‘‘berikan saya minum’’. Melalui pembicaraan ini akhirnya membuahkan pertobatan. Menanyakan pertanyaan. ‘‘Ketika Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-mirid-Nya, ‘kata orang siapakah Anak Manusia itu?’ ’’ ( Matius 16:13). Mengundang persahabatan. ‘‘Setelah melihat Simon dan Andreas, Dia berkata kepada mereka: ‘ikutlah Aku’ ’’  ( Markus 1:17 ). Memanggil nama. ‘‘Yesus melihatnya, dan berkata, ‘Engkau adaah Simon anak Yohanes’ ’’
( Yohanes 1:42 ). Menggunakan kata-kata untuk menarik perhatian. ‘‘Dengarkan’’, ‘‘sesungguhnya’’, ‘‘lihatlah’’ ( Markus 4:3; Lukas 18:17; Yohanes 3:3,5 ). [6]
            Kedua, menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan, Tuhan Yesus tidak hanya memperoleh bermacam-macam informasi, tetapi juga memiliki tujuan lain, yaitu: sebagai simulasi perhatian, menjernihkan pikiran, mengungkapkan emosi, menekankan kebenaran, menerapkan kebenaran, menegur, meyakinkan, dan menguji. [7]
            Ketiga, menggunakan ilustrasi dan cerita.  Metode ilustrasi dan cerita ini merupakan metode mengajar yang sering digunakan oleh Tuhan Yesus dan hasilnya sangat efektif. Mengajar tanpa ilustrasi ibarat rumah tanpa jendela. Tujuan dari metode cerita ini adalah: memunculkan perhatian ( Lukas  8:4-9 ), menjelaskan suatu prinsip/ajaran ( Lukas 10:30-35 ), masuk ke dalam pengajaran ( Lukas 15 ), dan menerapkan kebenaran ( Lukas 6:47-49 ). [8]
            Keempat, menggunakan ceramah atau khotbah. Metode ceramah atau khotbah merupakan pengungkapan kebenaran yang sistematis. Yesus menggunakan metode ini untuk kelompok-kelompok orang yang banyak. Tiga khotbah terkenal Yesus adalah: khotbah di bukit ( Matius 5-7 ), pengajaran di bukit Zaitun ( Matius 24-25 ), dan pengajaran di ruang atas ( Yohanes 14-16 ).[9]
            Kelima, menggunakan benda atau objek. Metode ini sering dilakukan Tuhan Yesus misalnya: burung, bunga, rumput untuk menggambarkan perhatian Allah kepada umat-Nya  (Matius 6:25-31), anak kecil untuk menggambarkan kerendahan hati ( Matius 18:1-6 ), pohon buah  yang kering untuk mengajar perlunya iman ( Matius 13-17 ), uang koin untuk mengajar ketaatan kepada pemerintah ( Markus 12:13-17 ), janda yang memberikan persembahan untuk mengajar motivasi dalam memberikan persembahan ( Markus 12:41-44 ), ladang yang menguning untuk mengajar pentingnya melayani Allah, pokok anggur dan rantingnya untuk mengajar hubungan Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya, serta mukjizat yang dilakukan Yesus untuk mengajar keilahian-Nya ( Yohanes 5:36 ). [10]
            Keenam, menggunakan model. Menggunakan model dalam mengajar merupakan demonstrasi kebenaran yang sangat sederhana. Kitab Injil mencatat model yang digunakan oleh Yesus dalam mengajar, yaitu:satu, model mengajar yang bersasaran ( kasus Nikodemus). Dua, model untuk murid-murid-Nya seperti cara berdoa ( Lukas 9:18,28 ) dan melayani
( Yohanes 13:1-20 ). [11]
            Mungkin kita berpikir bahwa Yesus tidak mengalami kendala saat mengajar murid-murid-Nya. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Murid-murid Yesus memiliki karakter yang berbeda-beda. Petrus tidak sabaran dan kasar, Yohanes sombong, Matius licik, Thomas ragu-ragu, Filipus bodoh dan sebagainya. Yesus mengajar mereka supaya bertobat dan berbalik kepada Allah, menjadi sempurna, memiliki keyakinan yang dalam, serta melatih untuk memberitakan ajaran Kristus ke seluruh dunia.

Metode – Metode Mengajar
Metode adalah bagian yang penting dalam mengajar. Metode adalah alat sederhana yang digunakan guru untuk mengkomunikasikan ilmu yang di dalamnya terdapat idealisme dan kebenaran. Metode juga merupakan alat atau cara mengajar yang di dalamnya terdapat pengalaman dan bahan pelajaran sehingga keduanya menjadi mata rantai yang saling berhubungan. [12]
Sebuah metode merupakan aktivitas sederhana untuk mengkomunikasikan informasi dan artinya, menuntun pengetahuan yang dalam, atau mendorong untuk memberi respon. Metode mengajar diklasifikasikan sesuai dengan tipe atau tujuan belajar. Tipe belajar termasuk metode untuk membangun pengetahuan, pengertian, keterampilan, sikap, minat atau nilai-nilai. [13]
            Sebenarnya, ada banyak metode yang dapat dipakai dalam kegiatan belajar-mengajar. Metode apa yang akan dipakai oleh guru? Hal ini dapat berkaitan dengan: tujuan yang ingin dicapai, berapa jumlah siswa, ruangan yang akan digunakan, alat yang digunakan, waktu, dan masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi suatu metode itu tepat digunakan. [14]
            Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru, seperti: metode kuliah atau ceramah, metode bercerita, metode percakapan atau diskusi, metode bermain peran, metode penyelidikan, metode audiovisual, metode menghafal, metode bertanya, metode permainan, metode sharing, metode renungan, metode cerdas tangkas Alkitab yang kreatif, metode cerita gambar, metode studi kasus, metode kunjungan lapangan, metode simulasi, dan metode yang digunakan oleh Tuhan Yesus.
            Selain metode-metode diatas, masih ada banyak metode-metode lain yang dapat kita peroleh. Hanya ada satu hal yang cukup penting bahwa hendaknya kita selalu menimbang dengan baik, metode mana yang cocok untuk suatu pokok bahasan tertentu. Hal ini didasarkan pula oleh pengenalan pendidik terhadap peserta didik. Suatu metode akan tepat bila seoran pendidik mengenal dengan baik peserta didiknya.

Kesimpulan
            Seorang guru PAK harus senantiasa memandang Yesus sebagai sumber pengajaran Kristen karena Yesus sudah memberi teladan melalui seluruh kehidupan-Nya. Setiap guru PAK harus terus menyampaikan kebenaran firman Tuhan supaya misi Allah tercapai yaitu untuk menyelamatkan umat manusia.[15]
            Seorang guru PAK harus memiliki tujuan yang jelas dalam mengajar serta memiliki hubungan yang dekat dengan peserta didik sehingga dapat mengenal karakter peserta didiknya dengan baik. Selain itu, guru PAK harus menggunakan metode yang menarik dalam menyampaikan firman Tuhan. Guru PAK harus terus mengajarkan kebenaran dan memiliki komitmen dalam mengajar meskipun dengan fasilitas yang tidak memadai. Seorang guru PAK juga harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan seperti yang telah diajarkan YESUS SANG GURU AGUNG.
           





Daftar Pustaka

1.      Lembaga Alkitab Indonesia ( LAI ) Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2.      Kristianto, Paulus L. 2006. Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen. Yogyakarta: Yayasan ANDI.
3.      Nainggolan, John M. 2007. Menjadi Guru Agama Kristen. Jawa Barat: Generasi Info Media.
4.      Lase, Jason. 2005. Pendidikan Agama Kristen. Bandung: Bina Media Informasi.
5.      Wibowo, Agus. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
6.      Lebar, Lois E. 2006. Education That Is Christian. Malang: Gandum Mas.







[1] Yoh 13 : 13
[2] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen ( Yogyakarta: ANDI ), 13.
[3] John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen ( Generasi Info Media ), 19.
[4] Ibid.

[5] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 14.
[6] Ibid.
[7] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 15.
[8] Ibid.
[9] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 16.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 83.
[13] Ibid.
[14] Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, 47.
[15] Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar