PENGGUNAAN
METODE YANG KREATIF DAN KONTEKSTUAL
DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pendidikan agama dalam PB mengalami perubahan besar
dengan munculnya pengajaran Kristus. Guru agama Yahudi yang bernama Nikodemus
ketika datang kepada Yesus membuka pembicaraan dengan berkata ‘‘Kami tahu,
bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah, sebab tidak ada seorang pun
yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya’’. Tuhan Yesus juga membenarkan panggilan oleh para murid-Nya
bahwa diri-Nya Guru, ‘‘engkau menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu
tepat, sebab memang akulah Guru dan Tuhan.’’[1]
Tuhan Yesus Kristus layak disebut Guru Agung karena
pengajaran-Nya disertai dengan kuasa mukjizat. Pengajaran Yesus merupakan
ajaran luar biasa dan tiada bandingnya, inti pengajaranNya berpusatkan diri-Nya
sendiri. Tidak ada seorang guru pun yang berani mengajar seperti itu. Tuhan
Yesus Kristus tidak hanya mengajar untuk hidup benar. Lebih dari itu, Yesus
mengajar agar manusia dibenarkan dihadapan Allah.[2]
Keteladanan Yesus Sebagai Guru yang
Agung
PAK tidak dapat dilepaskan dari sang Guru Agung yaitu
Tuhan Yesus Kristus. Disamping jabatan-Nya sebagai penebus dan pembebas, Yesus
adalah Guru Agung yang sangat diakui keahlian-Nya oleh orang-orang Yahudi,
sehingga mereka menyebut-Nya sebagai Rabi. Ini adalah suatu gelar kehormatan
yang menyatakan betapa Ia dikagumi oleh orang sezaman-Nya. [3]
Tuhan Yesus mengajar dimana dan kapan saja, baik siang
maupun malam. Yesus mengajar di atas bukit, di dalam perahu, di sisi orang
sakit, di tepi sumur, di rumah sederhana, di rumah orang-orang kaya, kepada
pembesar-pembesar kerajaan maupun pemerintah. Tuhan Yesus dalam mengajar tidak
perlu memerlukan gedung atau sekolah, namun setiap kesempatan tidak pernah
disia-siakan dalam menyampaikan kabar baik.
Cara Yesus mengajar sangat menarik perhatian orang-orang
pada zaman-Nya, sehingga mereka berbondong-bondong untuk mendengar
pengajaran-Nya. Yesus mengajar bukan hanya teori-teori bagaimana orang mendapat
keselamatan, tetapi Ia sendirilah sumber keselamatan itu. Yesus adalah guru
yang tidak ada taranya, seluruh kehidupan Yesus adalah pengajaran yang mulia
sampai pada akhir hayat-Nya untuk menyelamatkan manusia dari segala dosa. [4]
Yesus adalah sosok Guru Agung bagi kita. Setiap pendidik
yang ingin berhasil dalam mengajarkan kebenaran Firman Allah haruslah
senantiasa belajar kepada Yesus. Yesus memiliki banyak keteladanan sebagai Guru
Agung yang dapat kita teladani. Salah satu keteladanan Yesus sebagai Guru Agung
yaitu dalam pengajaran-Nya Yesus menggunakan metode yang kreatif dan
kontekstual.
Metode Pengajaran Yesus
Dalam
menyampaikan pengajaran-Nya, Yesus tidak menyiapkan pidato-pidato secara
formil. Ketika Yesus mengajar di rumah, ditempat sembahyang, di gunung, maupun
di tepi laut, Ia mengajar secara tidak formil namun penuh dengan kuasa. Yesus
mengajar lewat pengalaman hidup orang yang mendengarkan-Nya dan dengan keadaan
orang yang ada dihadapan-Nya.
Selama pelayanan-Nya di dunia ini, Tuhan Yesus memberi
teladan dalam metode pengajaran-Nya untuk membangun kontak dengan para
pendengar. Tuhan Yesus menggunakan metode yang berbeda dalam usaha menyampaikan
berita dan pesan mengenai kasih Allah.[5] Metode-metode
tersebut adalah :
Pertama, memenangkan perhatian. Untuk memenangkan
perhatian para pendengar-Nya, Yesus memberi teladan kepada para pengajar PAK
masa kini seperti: menggunakan mata. ‘‘Dia melihat dua saudara, Simon dan
Andreas’’. Mengundang pembicaraan. Di pinggir sebuah sumur di Samaria Tuhan
Yesus berkata: ‘‘berikan saya minum’’. Melalui pembicaraan ini akhirnya
membuahkan pertobatan. Menanyakan pertanyaan. ‘‘Ketika Yesus tiba di daerah
Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-mirid-Nya, ‘kata orang siapakah Anak
Manusia itu?’ ’’ ( Matius 16:13). Mengundang persahabatan. ‘‘Setelah melihat
Simon dan Andreas, Dia berkata kepada mereka: ‘ikutlah Aku’ ’’ ( Markus 1:17 ). Memanggil nama. ‘‘Yesus
melihatnya, dan berkata, ‘Engkau adaah Simon anak Yohanes’ ’’
( Yohanes 1:42 ). Menggunakan
kata-kata untuk menarik perhatian. ‘‘Dengarkan’’, ‘‘sesungguhnya’’,
‘‘lihatlah’’ ( Markus 4:3; Lukas 18:17; Yohanes 3:3,5 ). [6]
Kedua, menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, Tuhan Yesus tidak hanya memperoleh
bermacam-macam informasi, tetapi juga memiliki tujuan lain, yaitu: sebagai
simulasi perhatian, menjernihkan pikiran, mengungkapkan emosi, menekankan
kebenaran, menerapkan kebenaran, menegur, meyakinkan, dan menguji. [7]
Ketiga, menggunakan ilustrasi dan cerita. Metode ilustrasi dan cerita ini merupakan
metode mengajar yang sering digunakan oleh Tuhan Yesus dan hasilnya sangat
efektif. Mengajar tanpa ilustrasi ibarat rumah tanpa jendela. Tujuan dari
metode cerita ini adalah: memunculkan perhatian ( Lukas 8:4-9 ), menjelaskan suatu prinsip/ajaran (
Lukas 10:30-35 ), masuk ke dalam pengajaran ( Lukas 15 ), dan menerapkan
kebenaran ( Lukas 6:47-49 ). [8]
Keempat, menggunakan ceramah atau khotbah. Metode ceramah
atau khotbah merupakan pengungkapan kebenaran yang sistematis. Yesus
menggunakan metode ini untuk kelompok-kelompok orang yang banyak. Tiga khotbah
terkenal Yesus adalah: khotbah di bukit ( Matius 5-7 ), pengajaran di bukit
Zaitun ( Matius 24-25 ), dan pengajaran di ruang atas ( Yohanes 14-16 ).[9]
Kelima, menggunakan benda atau objek. Metode ini sering
dilakukan Tuhan Yesus misalnya: burung, bunga, rumput untuk menggambarkan
perhatian Allah kepada umat-Nya (Matius
6:25-31), anak kecil untuk menggambarkan kerendahan hati ( Matius 18:1-6 ), pohon
buah yang kering untuk mengajar perlunya
iman ( Matius 13-17 ), uang koin untuk mengajar ketaatan kepada pemerintah (
Markus 12:13-17 ), janda yang memberikan persembahan untuk mengajar motivasi
dalam memberikan persembahan ( Markus 12:41-44 ), ladang yang menguning untuk
mengajar pentingnya melayani Allah, pokok anggur dan rantingnya untuk mengajar
hubungan Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan murid-murid-Nya, serta mukjizat
yang dilakukan Yesus untuk mengajar keilahian-Nya ( Yohanes 5:36 ). [10]
Keenam, menggunakan model. Menggunakan model dalam
mengajar merupakan demonstrasi kebenaran yang sangat sederhana. Kitab Injil
mencatat model yang digunakan oleh Yesus dalam mengajar, yaitu:satu, model
mengajar yang bersasaran ( kasus Nikodemus). Dua, model untuk murid-murid-Nya
seperti cara berdoa ( Lukas 9:18,28 ) dan melayani
( Yohanes 13:1-20 ). [11]
Mungkin kita berpikir bahwa Yesus tidak mengalami kendala
saat mengajar murid-murid-Nya. Namun, kenyataannya tidaklah demikian.
Murid-murid Yesus memiliki karakter yang berbeda-beda. Petrus tidak sabaran dan
kasar, Yohanes sombong, Matius licik, Thomas ragu-ragu, Filipus bodoh dan
sebagainya. Yesus mengajar mereka supaya bertobat dan berbalik kepada Allah,
menjadi sempurna, memiliki keyakinan yang dalam, serta melatih untuk
memberitakan ajaran Kristus ke seluruh dunia.
Metode – Metode Mengajar
Metode
adalah bagian yang penting dalam mengajar. Metode adalah alat sederhana yang
digunakan guru untuk mengkomunikasikan ilmu yang di dalamnya terdapat idealisme
dan kebenaran. Metode juga merupakan alat atau cara mengajar yang di dalamnya
terdapat pengalaman dan bahan pelajaran sehingga keduanya menjadi mata rantai
yang saling berhubungan. [12]
Sebuah
metode merupakan aktivitas sederhana untuk mengkomunikasikan informasi dan
artinya, menuntun pengetahuan yang dalam, atau mendorong untuk memberi respon.
Metode mengajar diklasifikasikan sesuai dengan tipe atau tujuan belajar. Tipe
belajar termasuk metode untuk membangun pengetahuan, pengertian, keterampilan,
sikap, minat atau nilai-nilai. [13]
Sebenarnya, ada banyak metode yang dapat dipakai dalam
kegiatan belajar-mengajar. Metode apa yang akan dipakai oleh guru? Hal ini
dapat berkaitan dengan: tujuan yang ingin dicapai, berapa jumlah siswa, ruangan
yang akan digunakan, alat yang digunakan, waktu, dan masih ada faktor lain yang
dapat mempengaruhi suatu metode itu tepat digunakan. [14]
Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh guru,
seperti: metode kuliah atau ceramah, metode bercerita, metode percakapan atau
diskusi, metode bermain peran, metode penyelidikan, metode audiovisual, metode
menghafal, metode bertanya, metode permainan, metode sharing, metode renungan,
metode cerdas tangkas Alkitab yang kreatif, metode cerita gambar, metode studi
kasus, metode kunjungan lapangan, metode simulasi, dan metode yang digunakan
oleh Tuhan Yesus.
Selain metode-metode diatas, masih ada banyak
metode-metode lain yang dapat kita peroleh. Hanya ada satu hal yang cukup
penting bahwa hendaknya kita selalu menimbang dengan baik, metode mana yang
cocok untuk suatu pokok bahasan tertentu. Hal ini didasarkan pula oleh
pengenalan pendidik terhadap peserta didik. Suatu metode akan tepat bila seoran
pendidik mengenal dengan baik peserta didiknya.
Kesimpulan
Seorang guru PAK harus senantiasa memandang Yesus sebagai
sumber pengajaran Kristen karena Yesus sudah memberi teladan melalui seluruh
kehidupan-Nya. Setiap guru PAK harus terus menyampaikan kebenaran firman Tuhan
supaya misi Allah tercapai yaitu untuk menyelamatkan umat manusia.[15]
Seorang guru PAK harus memiliki tujuan yang jelas dalam
mengajar serta memiliki hubungan yang dekat dengan peserta didik sehingga dapat
mengenal karakter peserta didiknya dengan baik. Selain itu, guru PAK harus
menggunakan metode yang menarik dalam menyampaikan firman Tuhan. Guru PAK harus
terus mengajarkan kebenaran dan memiliki komitmen dalam mengajar meskipun
dengan fasilitas yang tidak memadai. Seorang guru PAK juga harus menjadi
teladan dalam perkataan dan perbuatan seperti yang telah diajarkan YESUS SANG
GURU AGUNG.
Daftar Pustaka
1.
Lembaga Alkitab Indonesia ( LAI )
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
2.
Kristianto, Paulus L. 2006. Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama
Kristen. Yogyakarta: Yayasan ANDI.
3.
Nainggolan, John M. 2007. Menjadi Guru Agama Kristen. Jawa Barat:
Generasi Info Media.
4.
Lase, Jason. 2005. Pendidikan Agama Kristen. Bandung: Bina Media Informasi.
5.
Wibowo, Agus. 2012. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
6.
Lebar, Lois E. 2006. Education That Is Christian. Malang:
Gandum Mas.
[1] Yoh 13 : 13
[2] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen
( Yogyakarta: ANDI ), 13.
[3] John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen ( Generasi
Info Media ), 19.
[4] Ibid.
[5] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan
Agama Kristen, 14.
[6] Ibid.
[7] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 15.
[8] Ibid.
[9] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 16.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Kristianto, Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen, 83.
[13] Ibid.
[14] Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, 47.
[15] Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar